Minggu, 21 Agustus 2011

Litbang

Negeriku Namanya Indonesia

Luh Made Rahmita A.P

Negeriku namanya Indonesia

Konon katanya namanya tenar seantero dunia

Alamnya kaya raya, jangan lagi ditanya

Mulai dari timah di Belitong sampai emas di Jayapura

Belum lagi rempah-rempah segala rupa

Siapa tak terpikat? Termasuk mereka, si bangsa Eropa

Negeriku namanya Indonesia

Bangsa Eropa pun datang, diterima para raja-raja

Yang pertama datang, Bangsa Portugis namanya

Awal mulanya hanya berniaga katanya

Namun karena kayanya bangsaku, membuat mereka gelap mata

Negeriku dijajah, alamnya dieksploitasi, rakyatnya diperhamba

Negeriku namanya Indonesia

Bangsa Portugis hengkang, diusir bangsa Belanda

Negeriku kembali dijajah, politik devide et impera

Raja-raja menjadi gila kuasa

Kekuasaan di atas segalanya, terutama kemurnian ras bangsawannya

Praktek korupsi mulai marak, kolusi dan nepotisme jangan lagi ditanya

Raja negeriku lebih memilih bersatu dengan Belanda,

daripada berbagi dengan saudara sebangsa

Tak ayal bangsaku hancur, hingga tiga setengah abad lamanya

Negeriku namanya Indonesia

Raja-raja mulai sadar akan kejinya kaum Belanda

Akhir abad delapan belas, perjuangan berasaskan persatuan mulai ada

Sebut saja Pasukan Padri di tanah Sumatera, lalu Diponegoro di tanah Jawa

Dan juga perang Aceh, dipimpin Cut Nyak Dien dan Cut Meutia

Hanya bermodalkan bambu runcing, namun dengan semangat yang menggelora

Namun sayang, Kompeni lah yang lebih perkasa

Negeriku namanya Indonesia

Awal sembilan belas empat dua, Jepang masuk Asia Tenggara

Dengan mengaku sebagai saudara tua, mereka membantu mengusir Belanda

Rakyat pun senang, dan menyambut dengan tangan terbuka

Nippon pelindung Asia, Nippon cahaya Asia, dan Nippon pemimpin Asia

Begitulah ras kulit kuning itu menyebut dirinya

Rakyat tak sadar itu hanya bagian dari propaganda

Hingga kenyataan kemudian tersingkap dibalik kejamnya romusha

Negeriku namanya Indonesia

Generasi muda terpelajar mulai sadar dan berdiri di garda paling muka

Berseru lantang dengan tangan terkepal “MERDEKA!”

Tak peduli nyawa yang menjadi taruhannya

Dibunuh, diasingkan, dibantai, dan dianiaya

Semua risiko diterima dengan ikhlas tanpa banyak bicara

Demi cintanya kepada tanah air pusaka

Tanpa mengincar harta, apa lagi kuasa

Dan atas semua pengorbanan itu, tidak ada materi sebagai balas jasa

Namun mereka tetap ada disana, di garda paling muka

Tidak sedikitpun ada getar di setiap pekikan “MERDEKA!”

Tidak sedikitpun ada ragu di setiap perjuangan, meski cuma-cuma

Merekalah sosok pahlawan sejatinya

Negeriku namanya Indonesia

Akhirnya negeriku merdeka, tujuh belas Agustus di tahun empat lima

Kemerdekaan yang tidak mudah, beribu-ribu nyawa mati di medan laga

Negeriku perlahan berbenah, dipimpin oleh Soekarno-Hatta

Sang Garuda mulai mengepakkan sayapnya ke seluruh dunia

Seakan mewartakan bahwa Indonesia,

Negeri yang kaya itu,

sudah MERDEKA

Negeriku namanya Indonesia

Enam puluh enam tahun sudah Indonesia merdeka

Seharusnya rakyatnya sudah makmur dan sejahtera

Seharusnya tidak ada lagi kelaparan dan kaum dhuafa

Seharusnya pembangunan sudah dijalankan secara merata

Seharusnya hukum sudah berdiri setegak-tegaknya

Seharusnya pendidikan yang layak bisa dinikmati setiap generasi muda

Seharusnya..

Seharusnya..

Seharusnya..

Negeriku namanya Indonesia

Enam puluh enam tahun sudah Indonesia merdeka

Lihatlah kawan, kondisi tanah air kita

Rakyatnya masih belum sejahtera

Kemiskinan, kelaparan, kesengsaraan, masih ada dimana-mana

Hukum masih bisa dimainkan, bahkan direkayasa

Aparatur pemerintah hanya mengejar uang dan kuasa

Polisi, hakim, jaksa, dan pengacara

Bahkan para wakil rakyat di balik gedung kura-kura

Segala cara dihalalkan, praktek korupsi sudah biasa

Beberapa yang sial dijebloskan ke Penjara

Beberapa yang licin mampu kabur hingga ke Kolombia

Sekarang ini, setiap pengabdian hanya berlandaskan materi dan kuasa

Tidak ada materi dan kuasa, berarti tidak ada pengabdian untuk Negara

Baru enam puluh enam tahun, namun semangat perjuangan tanpa balas jasa telah hilang entah kemana

Negeriku namanya Indonesia

Negeriku kini harus berperang melawan bangsanya sendiri, berbeda dengan sebelumnya

Negeriku sudah demikian bobroknya, hingga mereka bilang tidak mungkin membenahi segala yang ada

Korupsi kembali menjangkiti negeriku, seperti dahulu, di zaman raja-raja

Mereka menyerukan pekikan pesimis melalui media-media

Bahwa bangsa ini akan terpuruk, rakyatnya tidak akan pernah sejahtera

Tapi mereka tidak tahu, dan harus di beritahu bahwa kami dan kamu ada

Negeriku masih punya generasi muda dengan semangat nasionalisme yang membara

Negeriku masih punya kaum terpelajar yang disebut mahasiswa

Negeriku masih punya mereka yang memiliki harapan dan cita-cita serta mau berusaha

Semasih mereka masih ada di Indonesia

Dan semasih mereka diizinkan untuk ada

Negeriku, yang namanya Indonesia ini,

Suatu saat akan MERDEKA seutuhnya.

3 komentar:

  1. keren banget...
    jadi inget sajak2nya ws rendra...
    salut buat mitha...
    waah, smangat, semoga karya2nya makin keren...=))

    BalasHapus
  2. wahh, masuk kategori periode angkatan karya sastra yang mana nih?? kayaknya bisa lebih ngetrend dari angkatan pujangga baru dan 9 angkatan yang lain nih!!!
    angkatan ke-11 kali ya!!! :)

    BalasHapus