Senin, 05 September 2011

Dir. Pendidikan

Korupsi, Ramadhan dan Idul Fitri

Galuh Setiawan

Rasanya telinga kita sudah kebal mendengar kata korupsi yang sering disebut oleh semua kalangan masyarakat sekarang ini. Banyak berita yang di muat maupun ditayangkan di media massa yang berbau korupsi, terlebih lagi akhir-akhir ini yang hampir selalu memuat berita korupsi yang dilakukan elit politik yang juga tak sedikit yang sekaligus menjabat di kursi pemerintahan ini. Miris sekali hati kita ini sebenarnya jika korupsi yang diidam-idamkan segera musnah dari bumi pertiwi Indonesia ini semakin menjadi-jadi, bangsa ini merindukan kemerdekaan yang benar-benar utuh penuh, bukan hanya merdeka dalam raganya saja, dari penjajahan bangsa lain tapi juga merdeka dalam jiwanya, dalam moral kepribadiannya untuk Indonesia Jaya yang kita impikan bersama.

Sebulan yang lalu telah kita lalui bulan Ramadhan, bulan penempaan bagi umat manusia, bulan kesempatan untuk memperbaiki diri, bulan yang dimana kebaikan ditebarkan. Banyak orang yang berlomba-lomba dalam kebaikan, perilaku buruk berusaha untuk dihilangkan dan kebiasaan baik coba diterapkan. Banyak hal yang diajarkan melalui bulan Ramadhan ini, salah satu diantara yang banyak itu ialah mengenai perilaku korupsi yang dimasukkan dalam kategori extraordinary crime.

Sudah seharusnya bahwa momentum Ramadhan sebulan yang lalu bisa digunakan untuk mengurangi bahkan menghentikan praktik korupsi, tapi bagaimana dengan kenyataannya saat ini? Mungkin masing-masing dari kita memiliki pernyataan yang bisa jadi berbeda, tapi yang sebagian kita ketahui masih ada saja praktik korupsi yang terjadi. Sepertinya korupsi tidak mengenal batasan ruang dan waktu, dimanapun dan mau bulan apapun bahkan bulan suci ramadhan kemarinpun banyak media penuh berisi tayangan perilaku korupsi beberapa orang yang kini semakin menjadi sorotan publik. Ironisnya, banyak pelaku dari praktik korupsi tersebut yang melibatkan orang-orang yang mengakunya beragama Islam, tapi entah Islam yang mana yang mereka maksud. Padahal semestinya semangat dan fungsi dari tiap ibadah salah satunya ialah untuk membentuk pribadi yang baik, berkualitas yang mampu menjadi manfaat bagi lingkungannya. Ramadhan mengajarkan agar jujur pada diri sendiri termasuk jujur dan bertanggung jawab terhadap tiap amanah yang kita emban.

Terlepas dari masalah kepercayaan seseorang, korupsi, penanganan dan perkembangannya sampai saat ini rasanya belum ada perubahan yang signifikan jika ditilik dari kasus-kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini. Sepertinya penanganan korupsi, penegakan hukum yang dilakukan oleh lembaga-lembaga terkait selain tentunya dapat kita gunakan sebagai pembelajaran diri agar terjauh dari korupsi juga digunakan oleh “aktor-aktor” sebagi pembelajaran juga, pembelajaran negatif tentunya. Penanganan atas berbagai praktik korupsi dengan segala modus, trik dan tipsnya pun menjadi celah untuk membuat inovasi dan kreasi baru dalam praktik korupsi selanjutnya agar tak mudah terendus, hebat bukan? Dengan memanfaatkan jabatan dan kekuasaan yang dimilikinya beserta orang-orang yang dapat dijadikan tamengpun digunakannya. Lihat saja sekarang ini semakin banyak koruptor yang pergi ke luar negeri ( yang tidak mempunyai perjanjian bilateral dengan Indonesia kebanyakan ) dengan berbagai alasan, mulai dari inilah, itulah dan yang paling populer tetap alasan “kesehatan”. Hitung saja berapa tersangka koruptor yang pernah pergi ke luar negeri, ada yang bisa dibawa kembali dan banyak yang tidak. Padahal dulu, jarang sekali koruptor yang kabur ke luar negeri. Setidaknya menurut pantauan ICW, ada 45 koruptor yang kabur ke luar negeri selama sepuluh tahun terakhir, 20 diantaranya ke Singapura.

Melihat kenyataan bangsa ini yang masih cukup menyedihkan dengan masih bisa berlenggang bebasnya para koruptor dan praktik korupsi yang ada sudah seharusnya kita bersama- sama mencoba dan berusaha memperbaiki kedadaan ini. Berselang setelah berlalunya Ramadhan, kini saatnya kita sampai pada hari kemenangan. Idul Fitri, dimaknai sebagai kemenangan, kemenangan terhadap hawa nafsu, keburukan dan semuanya yang berkonotasi negatif . Idul Fitri juga dapat dimaknai dalam artian “kembali suci”, dengan maksud bahwa manusia kembali kepada fitrahnya, terlepas dari kepentingan duniawi yang buruk. Tak ada salahnya kita mulai memanfaatkan momentum Idul Fitri kali ini dan selanjutnya agar tidak hanya untuk memperbaiki hubungan kita dengan Sang Maha Agung, Tuhan semesta alam, tapi jua dengan memperbaiki hubungan horizontal kita dengan sesama dan memperbaiki bangsa ini untuk lebih baik. Marilah kita manfaatkan nilai-nilai serta spirit dari Ramadhan dan Idul Fitri yang baru saja kita lalui ini untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari kita agar tercipta Indonesia yang lebih baik, sehingga korupsi bukan lagi menjadi seperti udara yang terhela tetapi menjadi seperti jarum dalam jerami dan mungkin alangkah lebih indahnya jika kita tidak mengutamakan mengangkat bicara kepada para koruptor ataupun para pejabat dan pemimpin yang korup.

Bagaimana mungkin engkau akan mampu
menggantikan mereka dengan lebih amanah,
jika engkau tidak lebih santun,
tidak lebih sabar,
dan tidak menarik bagi mereka
untuk mengikuti keindahan sikap,
tutur, dan perilakumu?

Teladankanlah kebaikan hatimu.

Mario Teguh

Indonesia bebas Korupsi, We can Stop CORRUPTION

Bukan suatu hal yang mustahil untuk diwujudkan, meskipun kini hanya berupa mimpi,

Tapi jangan hanya bermimpi!!! Bangunlah !!! Wujudkanlah!!!

JANGAN Tertidur Lagi!!!

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432H, Taqobalallahu Minnaa wa Minkum Shiyamana wa shiyamakum, Minal ‘Aidin wal Faizin, Mohon Maaf Lahir Batin

(Dir. Pendidikan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar