Sabtu, 03 Maret 2012

Pilar


Secara umum orang melakukan korupsi karena dua hal yaitu desakan kebutuhan atau karena memang rakus, istilah ini sering diterjemahkan menjadi ‘corruption by need and by greed”. Korupsi sendiri memiliki pengertian yang luas dan banyak macamnya. Namun untuk mencegahnya cukup hanya dengan 3 hal saja, selanjutnya bisa disebut sebagai pilar antikorupsi, yaitu: agama, moral, dan sistem.

Agama
Seharusnya pilar ini lah yang menjadi pilar utama untuk membentengi sesorang dari korupsi, karena pada dasarnya aturan agama berasal dari tuhan yang mahakuasa. Seluruh agama mengajarkan hal yang sama “korupsi adalah sesuatu yang diharamkan dan tuhan akan menghukum siapa saja yang melanggarnya”, mungkin hanya berbeda redaksi di alkitab masing-masing agama.
Faktanya, semakin marak ceramah di sana-sini korupsi justru menunjukkan trend positif. Yang lebih mencengangkan lagi adalah ketika kementerian agama dianugerahi sebagai kementerian terkorup diantara seluruh kementerian yang ada (Survey KPK tahun2011 terhadap 22 kementerian yang ada di Indonesia).
Bagaimana bisa? ‘Silahkan tanyakan pada diri kita masing-masing’, sejauh mana kita mematuhi aturan tertinggi (red-agama)..?

Moral
Ketika agama mulai ditinggalkan, jalan lain yang bisa menghalangi orang untuk korupsi adalah MORAL. Orang yang ateis bukan berarti dia koruptor lantaran mereka  merasa takpunya beban dosa kepada Tuhan. Bahkan, mungkin, banyak diantara mereka justru sangat jujur dan sangat anti sama yang namanya korupsi. Artinya orang-orang ini menjunjung moral walaupun tidak beragama atau tidak menjunjung ajaran agamanya.
Agama itu hubungannya sama tuhan kalau moral hubungannya sama sesama manusia. Arti moral secara sederhana adalah baik-buruk yang diterima secara umum. Orang yang bermoral berarti orang yang melakukan kebaikan dan menghindari perilaku buruk.
So, gimana kalau gakada orang yang ngliat (pas korupsi)?

Sistem
Pilar pamungkas! Ketika hasrat korupsi sangat besar, ketika semua sepakat untu berkomplot menjadikan korupsi adalah hal yang lumrah, ketika ceramah agama tak lagi membuat koruptor sadar, maka perbaiki sistem. Jangan beri celah istilah sepak bolanya.
Secara nyata sistem ini bisa kita lihat sebagai “birokrasi” dan birokrasi harus dijalankan “sesuai aturan” yang ada.
Saya harap anda setuju dengan kalimat penutup ini: segala hal perlu kita persiapkan, bahkan koruptor sekalipun senantiasa menyiapkan strategi-strateginya; maka seharusnya kita juga menyiapkan strategi untuk mencegah diri kita dari korupsi.

oleh : Aulia Ihsan A



download versi aslinya di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar