Negeriku Namanya Indonesia
Luh Made Rahmita A.P
Negeriku namanya Indonesia
Konon katanya namanya tenar seantero dunia
Alamnya kaya raya, jangan lagi ditanya
Mulai dari timah di Belitong sampai emas di Jayapura
Belum lagi rempah-rempah segala rupa
Siapa tak terpikat? Termasuk mereka, si bangsa Eropa
Negeriku namanya Indonesia
Bangsa Eropa pun datang, diterima para raja-raja
Yang pertama datang, Bangsa Portugis namanya
Awal mulanya hanya berniaga katanya
Namun karena kayanya bangsaku, membuat mereka gelap mata
Negeriku dijajah, alamnya dieksploitasi, rakyatnya diperhamba
Negeriku namanya Indonesia
Bangsa Portugis hengkang, diusir bangsa Belanda
Negeriku kembali dijajah, politik devide et impera
Raja-raja menjadi gila kuasa
Kekuasaan di atas segalanya, terutama kemurnian ras bangsawannya
Praktek korupsi mulai marak, kolusi dan nepotisme jangan lagi ditanya
Raja negeriku lebih memilih bersatu dengan Belanda,
daripada berbagi dengan saudara sebangsa
Tak ayal bangsaku hancur, hingga tiga setengah abad lamanya
Negeriku namanya Indonesia
Raja-raja mulai sadar akan kejinya kaum Belanda
Akhir abad delapan belas, perjuangan berasaskan persatuan mulai ada
Sebut saja Pasukan Padri di tanah Sumatera, lalu Diponegoro di tanah Jawa
Dan juga perang Aceh, dipimpin Cut Nyak Dien dan Cut Meutia
Hanya bermodalkan bambu runcing, namun dengan semangat yang menggelora
Namun sayang, Kompeni lah yang lebih perkasa
Negeriku namanya Indonesia
Awal sembilan belas empat dua, Jepang masuk Asia Tenggara
Dengan mengaku sebagai saudara tua, mereka membantu mengusir Belanda
Rakyat pun senang, dan menyambut dengan tangan terbuka
Nippon pelindung Asia, Nippon cahaya Asia, dan Nippon pemimpin Asia
Begitulah ras kulit kuning itu menyebut dirinya
Rakyat tak sadar itu hanya bagian dari propaganda
Hingga kenyataan kemudian tersingkap dibalik kejamnya romusha
Negeriku namanya Indonesia
Generasi muda terpelajar mulai sadar dan berdiri di garda paling muka
Berseru lantang dengan tangan terkepal “MERDEKA!”
Tak peduli nyawa yang menjadi taruhannya
Dibunuh, diasingkan, dibantai, dan dianiaya
Semua risiko diterima dengan ikhlas tanpa banyak bicara
Demi cintanya kepada tanah air pusaka
Tanpa mengincar harta, apa lagi kuasa
Dan atas semua pengorbanan itu, tidak ada materi sebagai balas jasa
Namun mereka tetap ada disana, di garda paling muka
Tidak sedikitpun ada getar di setiap pekikan “MERDEKA!”
Tidak sedikitpun ada ragu di setiap perjuangan, meski cuma-cuma
Merekalah sosok pahlawan sejatinya
Negeriku namanya Indonesia
Akhirnya negeriku merdeka, tujuh belas Agustus di tahun empat lima
Kemerdekaan yang tidak mudah, beribu-ribu nyawa mati di medan laga
Negeriku perlahan berbenah, dipimpin oleh Soekarno-Hatta
Sang Garuda mulai mengepakkan sayapnya ke seluruh dunia
Seakan mewartakan bahwa Indonesia,
Negeri yang kaya itu,
sudah MERDEKA
Negeriku namanya Indonesia
Enam puluh enam tahun sudah Indonesia merdeka
Seharusnya rakyatnya sudah makmur dan sejahtera
Seharusnya tidak ada lagi kelaparan dan kaum dhuafa
Seharusnya pembangunan sudah dijalankan secara merata
Seharusnya hukum sudah berdiri setegak-tegaknya
Seharusnya pendidikan yang layak bisa dinikmati setiap generasi muda
Seharusnya..
Seharusnya..
Seharusnya..
Negeriku namanya Indonesia
Enam puluh enam tahun sudah Indonesia merdeka
Lihatlah kawan, kondisi tanah air kita
Rakyatnya masih belum sejahtera
Kemiskinan, kelaparan, kesengsaraan, masih ada dimana-mana
Hukum masih bisa dimainkan, bahkan direkayasa
Aparatur pemerintah hanya mengejar uang dan kuasa
Polisi, hakim, jaksa, dan pengacara
Bahkan para wakil rakyat di balik gedung kura-kura
Segala cara dihalalkan, praktek korupsi sudah biasa
Beberapa yang sial dijebloskan ke Penjara
Beberapa yang licin mampu kabur hingga ke Kolombia
Sekarang ini, setiap pengabdian hanya berlandaskan materi dan kuasa
Tidak ada materi dan kuasa, berarti tidak ada pengabdian untuk Negara
Baru enam puluh enam tahun, namun semangat perjuangan tanpa balas jasa telah hilang entah kemana
Negeriku namanya Indonesia
Negeriku kini harus berperang melawan bangsanya sendiri, berbeda dengan sebelumnya
Negeriku sudah demikian bobroknya, hingga mereka bilang tidak mungkin membenahi segala yang ada
Korupsi kembali menjangkiti negeriku, seperti dahulu, di zaman raja-raja
Mereka menyerukan pekikan pesimis melalui media-media
Bahwa bangsa ini akan terpuruk, rakyatnya tidak akan pernah sejahtera
Tapi mereka tidak tahu, dan harus di beritahu bahwa kami dan kamu ada
Negeriku masih punya generasi muda dengan semangat nasionalisme yang membara
Negeriku masih punya kaum terpelajar yang disebut mahasiswa
Negeriku masih punya mereka yang memiliki harapan dan cita-cita serta mau berusaha
Semasih mereka masih ada di Indonesia
Dan semasih mereka diizinkan untuk ada
Negeriku, yang namanya Indonesia ini,
Suatu saat akan MERDEKA seutuhnya.
Keren7X. Tingkatkan.
BalasHapuskeren banget...
BalasHapusjadi inget sajak2nya ws rendra...
salut buat mitha...
waah, smangat, semoga karya2nya makin keren...=))
wahh, masuk kategori periode angkatan karya sastra yang mana nih?? kayaknya bisa lebih ngetrend dari angkatan pujangga baru dan 9 angkatan yang lain nih!!!
BalasHapusangkatan ke-11 kali ya!!! :)